Kamis, 21 Januari 2010

STEPHEN W. LITTLEJOHN &KAREN A. FOSS, 2008, THEORIES OF HUMAN COMMUNICATION, NINTH EDITION, THOMSON LEARNING ACADEMIC, UNITED STATE OF AMERICA .


CHAPTER 11. TRADISI KEMASYARAKATAN

BAB. 11 TRADISI KEMASYARAKATAN
Pembahasan ini menitik beratkan perspektif komunikasi dari skala masyarakat dan budaya, bukan pada skala individu. Pada bab ini kita akan melihat beberapa teori dari beragam tradisi yang dapat membantu kita untuk memahami konteks masyarakat dan budaya.
A. TRADISI SEMIOTIK
Semiotik adalah sebuah tinjauan bagaimana menandai bahasa, dan menghubungkan antara pengalaman dan pikiran manusia. Sejak menjadi jarang dihubungkan secara alamiah antara bahasa dan realitas maka bahasa membentuk sebuah kenyataan. Salah satu kunci perbedaan antar budaya adalah bagaimana bahasa digunakan sehingga menjadi dua teori yaitu teori relitivitas kebahasaan serta teori elaborasi dan pembatasan kode.
1. Relatifitas kebahasaan
Terori ini dilandaskan pada teori yang disampaikan oleh Edward Sapir dan Benyamin Lee Whorf. Whorf menemukan bahwa perbedaan sintatis mendasar dihadirkan oleh antar kelompok bahasa. Oleh karena itu, hipotesis Whorfian tentang relatifitas kebahasaan pada tingkat yang paling sederhana adalah bahwa struktur bahasa menentukan sikap dan kebiasaan dari pemikiran pada budaya itu. Hipotesis ini juga menyatakan bahwa proses berpikir kita dan cara kita melihat dunia dibentuk oleh struktur gramatikal kebahasaan. Whorf dan Sapir menyatkan bahwa realitas telah dihadirkan dalam bahasa dan kemudian dilakukan.

2. Kode-kode yang terelaborasi dan terbatasi
Teori ini disampaikan oleh Basil Bernstein’s yang menyampaikan bahwa bahasa yang dipergunakan setiap hari untuk berbicara adalah cermin dan bentuk asumsi kelompok social.Berstein’s secara khusus tertarik pada kelas-kelas sosial dan bagaimana system kelas tersebut menciptakan perbedaan tipe bahasa dan dibentuk oleh bahasa. Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa pola hubungan dalam kelompok social berpengaruh pada tipe suara yang dipergunakan oleh suatu kelompok.
Sebagai contoh adalah sebuah keluarga yang mempergunakan system control otoriter kaku, maka anak belajar agar mereka merespon pada perintah yang sederhana. Pada jenis keluarga ini, pendekatan persuasive tidak hanya tidak relevan tetapi justru kontra produktif.
Teori Berstein terpusat pada dua jenis kode yaitu kode terelaborasi dan kode terbatasi. Kode terelaborasi menyediakan cakupan yang luas dari cara-cara yang berbeda untuk mengatakan sesuatu. Sedangkan kode yang terbatasi (Restricted codes) mempunyai cakupan yang lebih dangkal dari bentuk yang dapat mereka ambil.
Perbedaan primer antara tipe kelompok yang menggunakan dua kode adalah kemampuan mereka dalam keterbukaan. Pada sistem aturan yang tertutup adalah salah satunya mengurangi banyaknya alternatif untuk peserta. Aturan dibentuk dan orang-orang melihat dalam term dari aturan ini. Sedangkan pada sistem aturan yang terbuka adalah diperluasnya jumlah alternatif untuk indifidu dalam sebuah kelompok.
Dua faktor mayor yang berkontribusi dalam pengembangan kode terelaborasi dan kode yang terbatasi dalam sebuah sistem adalah sifat dari agen sosialisasi utama dalam sistem (keluarga, kelompok panutan, sekolah dan pekerjaan) dan nilai-nilai.

B.TRADISI CYBERNETIC
Tradisi cybernetic adalah bagaimana kita menyuguhkan komunikasi dalam suatu masyarakat dan budaya karena masyarakat itu sendiri dapat terlihat dengan mudah sebagai sebuah sistem yang luas. Kita tidak dapat mengkomunikasikan sejumlah hal yang sama dengan semua yang lain, tetapi menetapkan sebagian kecil, klaster, atau cabang-cabang yang menjelaskan jaringan komunikasi masyarakat yang luas. Teori tentang difusi informasi dan pengaruhnya akan menjelaskan tradisi ini.
1. Difusi Inovasi dan pengaruhnya
Pentingnya jaringan interpersonal telah ditemukan dalam tinjauan voting permulaan pada tahun 1940 yang dipimpin oleh Paul Lazarsfeld dan teman-temannya di Elmira New York. Penelitian ini menemukan bahwa pengaruh-pengaruh media dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal. Pengaruh ini diketahui sebagai dua tahap aliran hipotesis, dan yang mengejutkan adalah hal ini menjadi pengaruh utama pada pemahaman kita tentang mekanisme dari media massa.
Studi Lazarsfeld dimulai dari titik dari penelitian tentang bagaimana informasi dan pengaruhnya tersebar di masyarakat. Lazarfeld berhipotesis bahwa aliran informasi dari media massa untuk opini utama tertentu di masyarakat yang disampaikan dengan cara bertemu dengan panutan. Dia menemukan bahwa pemilih terlihat lebih dipengaruhi oleh temannya daripada dari media.
Kita mengetahui bahwa interaksi dalam jaringan memainkan peran penting dalam hubungan pada kelompok kecil dan organisasi serta memainkan peran penting sebaik peran media massa. Difusi inovasi terjadi ketika adopsi sebuah ide, praktik atau suatu objek menyebar melalui komunikasi dengan sistem social. Beberapa peneliti US dan Negara lain terkemuka melakukan penelitian tentang hal ini pada bidang pertanian dan pedesaan, pembangunan masyarakat, dan komunikasi organisasi yang telah di respon untuk jalur penelitian ini dan saat sekarang menjadikan kita menoleh pada teori difusi inovasi.
2. Difusi Inovasi yang disampaikan oleh Everett Rogers.
Rogers melihat hubungan antara penghamburan dengan proses perubahan sosial yang terdiri atas penemuan, difusi, dan konsekuensi. Perubahan ini dapat terjadi secara internal dari dalam sebuah kelompok atau secara eksternal melalui kontak dengan agen perubahan dari luar. Kontak dapat terjadi secara kontinyu maupun hanya dalam waktu-waktu tertentu, atau dapat dihasilkan dari perencanaan pada bagian luar agen tersebut.
Pemakaian internet sungguh merupakan penyebaran inovasi yang paling cepat dalam sejarah teknologi. Kita hampir tidak mengetahui berapa keseluruhan orang-orang yang benar-benar tidak pernah mempergunakan internet. Pengaruh interpersonal sangat penting dalam proses ini. Orang-orang meningkatkan kesadaran sejauh mereka membicarakan dengan yang lain tentang hal ini. Mereka berbagi opini, berdiskusi tentang pengalaman mereka yang berkaitan dengan inovasi, terkadang mendukung dan terkadang menolak akan inovasi ini.
Kedua teori pada bagian ini adalah teori jaringan kerja yang utama, yang melukiskan sistem komunikasi yang terdiri dari jalur-jalur komunikasi dimana sekelompok orang bersama-sama dalam lingkaran cybernetic.
C. TRADISI FENOMENOLOGIS
Beberapa peneliti merasakan beberapa cara dan beranggapan lebih baik untuk mempelajari tentang budaya sampai pada interpretasi pribadi daripada melalui cara test, eksperimen, dan quisioner. Jenis pengetahuan ini adalah bagaimana karakteristik fenomenologi sebagai sebuah tradisi. Mungkin proses interpretasi ini dapat disebut sebagai hermeneutics. Interpretasi kultural secara umum merujuk pada etnografi.
Kita melihat pada interpretasi budaya dalam dua bagian di bab ini. Pada bagian ini kita fokuskan pada interpretasi budaya sebagai inti dari etnografi dan begitu juga cara sebagai sebuah usaha phenomonologis. Pada bagian selanjutnya, kita akan diperlihatkan bagaimana etnografi setara dengan bagian tradisi sosiokultur.
1. Hermeneutik budaya
Jenis hermeneutik ini memerlukan observasi dan penjelasan tentang tindakan kelompok, sebagaimana seseorang menguji sebuah teks tertulis dan mencoba menggambarkan apa yang menjadi maksudnya. Sebagaimana semua hermeunetik, interpretasi budaya juga menggunakan siklus hermeneutik. Sebagaimana yang didefinisikan sebelumnya, siklus hermeneutik adalah sebuah proses maju maupun mundur anatara observasi yang spesifik dan interpretasi umum. Siklus ini penting untuk semua hermeneutik, dimana menggeser perspektif dari sesuatu yang umum dikenal sampai sesuatu yang tidak terlalu dimengerti oleh pemahaman kita. Dalam interpretasi budaya, siklus hermeneutik ini termasuk pada pergeseran dari konsep yang dekat menuju pengalaman pada konsep terjauh. Konsep terdekat adalah pengertian yang ada pada anggota budaya tersebut, sedangkan konsep terjauh adalah pengertian dari orang luar.
Sebagai contoh seorang etnographer akan mengetahui pengertian tato dan lukisan badan pada sekelompok anak muda. Dari pengalaman perpektif terjauh barangkali menjadi tampak sebagai bentuk penyesuaian atas kelompok. Apabila anda bertanya pada beberapa anak muda itu tentang apa makna dari hal ini, mereka akan menjawab dalam pengalaman yang lebih dekat atas hal ini, mereka mengatakan..”O..ini cool”. Maka etnographer menjadi butuh untuk melakukan investigasi apa yang dimaksud “cool” dan kemudian menghubungkan respon ini dengan pernyataan yang dibuat oleh pihak lain. Oleh karena itu, sebuah kata yang dibuat pada seorang informan dan pemahaman pada orang yang bukan anggota kelompok ini harus diperhatikan.


D. TRADISI SOSIOKULTURAL
Pada bagian ini, tradisi sosiokultur menyediakan sebuah kelanjutan dari aliran phenomenology karena interpretasi kultur memiliki dua orientasi yaitu hermeneutik dan sosiokultur. Masing-masing teori berikut ini terkonsentrasi pada cara dimana sebuah kelompok budaya membuat makna, nilai dan mempraktekkannya dalam komunikasi.
Asumsi penting dari teori-teori dalam tradisi ini adalah bahwa masyarakat itu sendiri adalah sebuah produk dari interaksi sosial baik dalam struktur sosial yang kecil maupun besar (hubungan, kelompok, organisasi, dan lembaga) yang dibangun dalam interaksi setiap hari.
1. Komunikasi Etnografi
Komunikasi etnografi adalah penerapan sederhana dari metode etnografi pada pola komunikasi kelompok. Komunikasi etnografi dapat dilihat pada : 1) format komunikasi yang dipergunakan oleh kelompok, 2) makna dalam praktik komunikasi bagi kelompok, 3) dimana dan kapan kelompok mempergunakan praktek ini, 4) bagaimana praktek komunikasi menciptakan pemahaman dalam masyarkat, 5) keragaman kode yang dipergunakan oleh kelompok.
Penemu tradisi penelitian ini adalah antropolog yang bernama Dell Heymes. Heymes menyarankan bahwa bahasa formal tidaklah cukup baginya sendiri untuk membongkar pemahaman menyeluruh dari bahasa karena hal ini mengabaikan tingginya keragaman cara dalam penggunaan bahasa di percakapan sehari-hari. Selanjutnya Hymes menyampaikan bahwa budaya komunikasi dalam beberapa cara yang berbeda, tetapi semua bentuk komunikasi memerlukan suatu kode bersama, sehingga komunikator mengetahui dan memakai kode, saluran, aturan, bentuk pesan, topic dan peristiwa yang diciptakan oleh tranmisi pesan. Hyems menyatakan bahwa sebuah kelompok yang menggunakan kode bersama sebagai “a speech community”. Hymes menyatakan bahwa terdapat 9 kategori yang dapat dipergunakan untuk membandingkan budaya yang berbeda yaitu:
1. Cara mengatakan, atau pola panutan dari komunikasi yang umum bagi anggota kelompok.
2. Nilai ideal bagi pembicara yang lancar, atau apa yang patut dicontoh pada seorang kominikator yang baik.
3. Suara masyarakat, atau kelompok itu sendiri dan batas-batasnya
4. suara situasi, atau suatu waktu ketika komunikasi sesuai dengan yang dipertimbangkan dalam suatu masyarakat.
5. Suara kejadian, atau episode yang diikuti untuk komunikasi bagi anggota suatu kelompok
6. Suara tindakan, atau suatu aturan khsusus dari kebiasaan yang diambil secara praktis dari komunikasi dalam suatu kejadian.
7. Komponen dari suara tindakan, atau hal apa yang diikuti untuk menjadi elemen dari tindakan komunikasi.
8. Aturan main berbicara dalam masyarakat, atau petunjuk maupun standar bagi pengatur kebiasaan komunikasi.
9. Fungsi dari suara masyarakat, atau komunikasi apa yang sedang dipercaya untuk dapat memenuhinya.
2. Performansi Etnografi
Jika anda bekerja dalam bidang kajian budaya asing, maka anda dapat melakukan observasi tentang hal-hal apa yang benar-benar dilakukan oleh orang dalam suatu budaya, dan bagaimana mereka menunjukkan budaya itu. Misalnya yang disampaikan oleh Victor Turner, yang juga seorang antropolog menyatakan bahwa penting bagi kita untuk membandingkan tampilan budaya antara di teater dan di budaya kehidupan sehari-hari.
Performansi budaya tidak hanya berupa manipulasi tubuh itu sendiri, tetapi juga tentang manipulasi dari beragam media yang mungkin dialami oleh mata, telinga, hidung, lidah dan sentuhan. Tidak semua anggota suatu kelompok atau budaya ikut berpartisipasi dalam suatu sosial drama atau tampilan itu. Hal ini misalnya kita jumpai pada pemilihan seorang pemimpin dimana yang lain hanya menjadi partisipan.
Performansi etnografi penting karena hal ini meluaskan bidang diluar budaya itu sendiri secara mendalam dalam bahasa dan teks untuk memasukkan praktek-praktek tubuh. Dwight Conquergood mengkritik pengembangan performansi etnografik dalam komunikasi. Dia membuat beberapa pertanyaan kritis sebagai berikut:
1. Apakah budaya lebih baik dipahami sebagai sebuah kata kerja daripada kata benda?
2. Apakah bidang kajian etnografik merupakan penghubung antara peneliti dan subjek?
3. Bagaimana cara performansi mempengaruhi interpretasi, dan dapatkah performansi itu dipertimbangkan untuk menjadi salah satu jenis kajian hermeneutik?
4. Bagaimana cara hasil performansi etnografis di publikasikan dan bagaimana representasi ilmiah menggunakan performansi dirinya sendiri?
5. Apakah kaitan antara performansi dan power?
Dengan bekerja pada kerangkan pertanyaan itu, Conquregood menempatkan pendekatan etnografis dari observasi atau melihat dengan mendengar. Ketika kita melihat, maka kita memperhatikan yang lain sebagai penonton, atau ketika kita mendengarkan maka kita mengambil ini sebagai suatu pengalaman dari yang lainnya sebagai yang berkaitan dengan yang sebelumnya.
Teori etnografi secara jelas memrioritaskan kondisi dan tendensi budaya diatas kajian individu. Dalam tradisi ini, komunikasi tidak pernah menjadi alat yang sederhana dalam melakukan transfer informasi dan pengaruh dari seseorang pada orang yang lain, tetapi komunikasi merupakan cara dimana budaya itu sendiri dihasilkan dan menghasilkan.

3. Tradisi Kritis
Beberapa teori komunikasi memiliki sebuah tendensi pada normalisasi konstruksi kelembagaan dan struktur interaksi sosial. Tradisi ini memunculkan penetralan atas tendensi ini, dengan cara menjelaskan istilah ini secara kritis. Meskipun kurang fokus dan sulit untuk mengorgenaisir, tradisi ini membawa suatu hal secara bersama-sama pada sebuah table mengenai ide dimana pengaturan sosial dan budaya di muat untuk menyelenggarakan kekuatan dari stakeholder tertentu dalam cara menekan dan mendominasi yang lain. Pekerjaan dari tradisi ini adalah mencari cara dalam perimbangan kekuatan, hegemoni dan dominasi dikonstuksikan dalam interaksi sosial dan pekerjaan ini membayangkan kemungkinan yang lain yang berorientasi humanis dan demokratis mendalam.
Para teoritikus yang paling kritis, saat sekarang melihat proses sosial sebagai sesuatu yang sangat ditentukan, yang berarti mereka itu disebabkan oleh sumberdaya yang beragam. Keilmuan kritis membedah kekuatan yang menekan sebagai analisisi dialektis, yang mengangkat tentang dasar perjuangan perlawanan antar kelas.
Jika anda hidup sebagai anggota kelompok istimewa, barankali menjadi sulit untuk melihat hal ini karena sebagai petunjuk teori kritis, kekuatan tidak terlihat pada kelompok terlayani dengan baik oleh arus institusi sosial. Semua hal nampak normal dan baik bagi orang-orang pada kelompok istimewa. Sebaliknya jika anda berasal dari kelompok termarjinalisasi, mungkin anda melihat dengan cepat bagaimana nilai tradisi kritis ada. Dalam beberapa cara, tradisi kritis adalah merupakan cara peningkatan usaha mencapai kesadaran. Hal ini disebabakan banyak misi yang mengarahkan pekerjaan teori kritis untuk menyampaikan kekuatan oppresif dalam masyarakat terutama pada cara yang memungkinkan setiap orang pada konstruksi pertanyaan dari komunikasi setiap hari.
Beberapa teori kritis percaya bahwa kontradiksi, ketegangan, dan konflik merupakan aspek yang tidak dapat diacuhkan dari pesanan sosial dan tidak akan pernah terhapuskan. Status yang ideal adalah sebuah lingkungan sosial yang semua suara dapat terdengar karena tidak ada kekuatan yang mendominasi bagi yang lain. Bahasa merupakan batasan yang penting pada ekspresi individual, sedangkan bahasa bagi kelompok dominan membuat hal ini sulit bagi pekerjaan kelompok kelas untuk memahami situasinya dan melepaskan pemahamannya. Dengan kata lain,definisi bahasa dominan dan pengabadian dari kelompok termarjinalkan. Ini merupakan tugas bagi teoritikus kritis untuk membuat format baru dari bahasa yang akan memungkinkan idiologi utama untuk disampaikan dan persaingan idiologis terdengar.
Frankly menyampaikan bahwa teori kritis sulit untuk diorgenisir tetapi meskipun bukan merupakan skema yang semupurna, tetapi kategorisasi ini akan sangat membantu. Kategori tersebut adalah 1) teori modern, 2) teori postmodern, 3) teori post strukturalis, dan 4) poskolonialis. Teori modern menyandarkan pada asumsi bahwa isi masyarakat dari struktur yang belum terbentuk secara mapan menjelaskan tentang kemampuan pengaturan antar kelompok. Teori pos modern menyandarkan pada ide bahwa struktur selalu dalam tatanan, menjadi berbentuk dan terbentuk lagi dengan praktek komunikasi yang terpakai dalam beberapa momentum pemberian dalam sejarah. Post strukturalisme merupakan jenis dari postmodern tapi yang lebih terfokus pada bahasa dan kekuatan. Sedangkan post kolonialis adalah pergerakan yang memfokuskan pada kekuatan opresif, terutama pada imperialism dan kolonialisme Amerika/ Eropa.
a. Teori Moderen
Teori ini dapat dilihat pada teori Marxis sebagai cabang dari tradisi kritis. Hal yang sama juga dapat dilihat dalam sekolah Frankfrut dan pendekatan modernis pada pendidikan feminis.
· Teori Marxis
Pada teori ini lebih melihat bahwa sebagai sebuah pergerakan, Marxis menempatan penekanan berat makna dari komunikasi dalam masyarakat. Praktik komunikasi merupakan hasil dari ketegangan antara kreatifitas individual dan batas sosial yang kreatif. Hanya ketika sebuah individu sungguh-sungguh bebas untuk mengekspresikan dirinya sendiri dengan jelas dan alasan akan kebebasan terjadi, dimana kondisi seperti ini tidak akan dating pada basis masyarakat berkelas.
Hegemony merupakan pemikiran yang lahir dari teori Marxis. Hegemomi diartikan sebagai sebuah proses dominasi dimana sebuah setting ide menumbangkan atau mengkooptasi ide yang lainnya (proses dengan cara sebuah kelompok dalam masyarakat memimpin kelompok yang lain).
· Jurgen Habermas dan Sekolah Frankfurt
Komunikasi memegang peran utama dalam pergerakan ini dan tinjauan tentang komunikasi massa telah secara khusus dianggab penting. Teori ini awalnya merupakan respon kuat para ilmuwan di Frankfurt pada idealism klasik Marx dan pada kesuksesan revolusi Rusia. Mereka melihat bahwa kapitalisme merupakan tahapan evolusionis dalam pembangunan kemudian menjadi sosialis dan selanjutnya komunis. Ide mereka menunjukkan kritik yang kasar pada kapitalisme dan demokrasi liberal. Ketika Nazi Jerman menguat pada tahun 1930 mereka bermigrasi ke Amerika Serikat dan secara intensif memiliki ketertarikan pada komunikasi massa dan media sebagai struktur penekan pada masyarakat kapitalis.
Hebermas menyampaikan bahwa masyarakat harus memahami sebuah perpaduan dari tiga hal utama yaitu pekerjaan, interaksi dan kekuasaan yang kesemuanya itu penting dalam suatu masyarakat. Pekerjaan dilandasi pada ketertarikan teknis. Sedangkan interaksi adalah pemakaian bahasa atau sistem simbol dari komunikasi. Selanjutnya pada sisi kekuasaan, secara alamiah terjadi distribusi kekuasaan dimana terjadi pembebasan dari dominasi kekuasaan. Kekuasaan biasanya membuat distorsi komunikasi, tetapi dengan menjadi sadar akan idiologi yang mendominasi dalam masyarakat, kelompok itu dapat dengan dirinya sendiri melakukan penguatan dengan transformasi masyarakat.

Teori Hebermas kadangkala disebut sebagai universal pragmatis, yang menetapkan prinsip-prinsip pemakaian bahasa. Salah satu hal yang penting dalam pemakaian bahasa adalah bagaimana meyakinkan audien. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pemenuhan tiga criteria validitas yaitu: 1)benar, 2)tulus dan 3) sesuai.
Hebermas memakai istilah discourse untuk menjelaskan jenis khusus dari keperluan komunikasi ketika pernyataan pembicara ditantang. Tidak sebagaimana comunikasi normal, “discourse” adalah suatu argument sistematis yang membuat pendekatan khusus untuk menunjukkan validitas dari klaim.
Ketika komunikator tidak berbagi dalam ukuran atau konsep yang sama untuk mengevaluasi sebuah argument, maka mereka harus berpindah pada level diskursus yang lebih tinggi, yang disebut oleh Hibermas sebagai metatheorical discourse. Jenis diskursus ini adalah dimana komunikator berargumen tentang dasar bukti baik apa untuk sebuah klaim, atau norma yang tentu saja sesuai diberikan pada situasi tersebut. Contoh dari metatheorical discourse adalah penegakan hokum.
Bahkan terkadang tingkat yang lebih tinggi dari diskursus penting yaitu metaetical discourse. Ini adalah pengetahuan yang sangat alami yang untuknya sendiri terjadi perselisihan dan harus diargumenkan. Sebagai contoh adalah argument filosofis tentang hal apa yang mendasari suatu pengetahuan yang sesuai dengan ketepatan teori kritis yang dialamatkan untuk pertarungan ini dan asumsi prosedur untuk pengetahuan umum masyarakat.
Terdapat lebih banyak kesempatan untuk memenuhi tuntutan emansipasi dalam masyrakat modern daripada pada masyarakat tradisional. Hal tersebut dikarenakan pada masyarakat modern lebih banyak terjadi konflik. Pada masyarakat modern kita memiliki kesempatan untuk mendengar beragam sudut pandang, tetapi hal itu tentu saja apabila sistem mengijinkan untuk berekspresi secara bebas. Masyarakat kapitalistik modern belum mencapai emansipasi dan teori kritis merespon hal ini dengan cara meneruskan langkah sampai semua itu terjadi.
· Ilmu pengetahuan feminis dalam tradisi modern
Aliran ini terdiri atas dua jalur inquiri yaitu: 1) yang perhatian utamanya pada persamaan sosial, politik, dan ekonomi dari jenis kelamin (yang mengharapkan perempuan memiliki status yang sama dengan laki-laki dalam posisi strutur kekuasaan) dan 2) yang membuka dan merestrukturisasi sistem sosial dan membuat jadi lebih emansipatoris bagi perempuan dan laki-laki, atau dalam term yang lebih umum ini dapat disebut sebagai feminis radikal dan liberal.
Feminism liberal menyatakan bahwa perempuan telah mengalami tekanan dan tidak mempunyai persamaan dengan laki-laki, yang terbukti dengan rata-rata penghasilan perempuan yang lebih rendah, pengabaian perempuan dalam pengambilan keputusan dan pusat kekuasaan, dan ketiadaan kesempatan bagi perempuan dalam mengembangkan karir sesuai pilihannya.
Sedangkan feminis radikal memiliki pandangan bahwa tekanan yang terjadi pada perempuan lebih dari sekedar hak-hak politik. Bagi mereka masalah utamanya adalah sistem patriarki dimana sistem ini sebagai sebuah seting yang cenderung menitik beratkan pada maskulin dan melakukan sub ordinasi pada feminism. Pada term radikal adalah bagaimana menyesuaikan pergerakan ini pada akar permasalahan yaitu stuktur sosial dan permintaan melakukan redefinisi mendasar dari seluruh segi kemasyarakatan.
b. Teori Postmodern
Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa realitas sosial secara berkelanjutan diproduksi, direproduksi, dan diubah melalui pemakaian bahasa dan bentuk simbol yang lain. Teori postmodern mengangkat dua tema besar yatiu tinjauan feminis kultural dan teori rasial kritis
· Studi kultural
Pemikiran ini dikemukakan oleh Hoggart dan Raymond Williams pada tahun 1950 an yang menguji kelas pekerja di Inggris pasca perang dunia ke II. Tradisi pemikiran ini secara jelas berorientsai reformis. Kegiatan ilmiah ini ingin mengetahui perubahan masyarakat Barat, dan mereka memandang kegiatan ilmiah tersebut sebagai sebuah instrument dari pergerakan budaya sosialis. Mereka percaya bahwa perubahan itu akan terjadi pada dua jalan yaitu: 1)dengan cara melakukan identifikasi kontradiksi di masyarakat sebagai oposisi dari tekanan dan perubahan, 2) dengan cara menyediakan interpretasi yang akan membantu dominasi pemahaman orang-orang dan jenis perubahan yang akan diinginkan.
Tinjauan komunikasi massa ini sebagai sentral perhatian terutama mengkaji tentang media yang dirasakan sebagai alat yang efektif bagi idiologi dominan. Sebagai tambahan, media mempunyai potensi untuk memberikan kesadaran pada masyarakat tentang isu kelas, kekuasaan dan dominasi.
Teoritikus studi kultural berbicara tentang budaya dalam dua cara. Definisi pertama adalah ide umum yang berdiam pada sebuah masyarakat atau kelompok sebagai sebuah idiologi atau suatu cara kolektif bagaimana kelompok tersebut memahami pengalamannya. Definisi kedua adalah suatu petunjuk praktis atau keseluruhan pandangan hidup dari kelompok (apa yang dilakukan oleh individu secara nyata setiap harinya).
Pada studi kultural, proses penguatan untuk memahami realias kita dari beberapa sumber disebut sebagai artikulasi. Tukar pemahaman kita menjadi tampak nyata pada bagaimana menghubungkan atau mengartikulasikan antar beberapa sumber pada kegiatan verifikasi.
· Studi Budaya Feminis
Kita melihat bahwa pada bagian sebelumnya bahwa studi feminis modern mengidentifikasi sistem patirarki sebagai sumber tekanan pada perempuan. Sedangkan pada studi ini pendekatannya adalah relasi kekuasaan di konstruksi dalam interaksi sosial dari berbagai tipe dan bahasa, bentuk-bentuk simbolis secara terus menerus membuat kategorisasi yang dipikirkan sebagaimana hubungan sosial. Secara khusus para ilmuwan komunikasi feminis menguji cara bias bahasa laki-laki dan pengaruhnya pada jenis kelamin, cara dominasi laki-laki membatasi komunikasi bagi perempuan, dan cara-cara perempuan memiliki secara sekaligus antara akomodasi dan perlawanan pada pola keteladanan pada suara laki-laki dan bahasa laki-laki.
Ilmuwan feminis tidak hanya menguji budaya tektual tetapi juga melakuka refleksi diri dalam memperlakukan keilmuwan dan perkembangan ilmiah itu sendiri sebagai teks budaya. Ilmuwan feminis kontemporer kemudian melihat artikulasi keterkaitan bentuk penekanan, yang misalnya diwujudkan dalam pekerjaan untuk mengakhiri salah satu jenis penghilangan penekanan.
· Teori Rasis kritis
Teori ini dilandasi kesadaran bahwa ternyata rasisme terus berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Teori ini melihat bhawa ras merupakan konstruksi sosial dimana ras dan rasis juga diproduksi oleh konstruksi sosial yang dikonstruksi masyarakat, dimanipulasi dan bebas kendali. Hal ini juga memahami baha ras tidak hanya kategori structural tetapi sesuatu yang cair dan dapat bergeser.
Dalam disiplin ilmu komunikasi, teori ras kritis dapat dikatakan sebagai pendatang baru. Mark McPhail menyatakan bahwa ”tidak cukup mendiskusikan tentang ras dan retorika yang menyertakan perspektif kontemporer”. Beberapa perpotongan dapat dibuat antara ras, bahasa, dan kekuasaan.
c. Poststrukuralisme dan Kajian dari Michel Foucault
Poststrukturalisme merupakan gerakan yang semula diorganisir di perancis sebagai reaksi atas ide-ide tradisi semiotic dalam bahasa. Secara spesifik, poststrukturalis menolak ide yang beranggapan bahwa struktur bahasa merupakan bentuk alami yang digunakan sebagai alat berkomunikasi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Foucault bahwa setiap periode memiliki perbedaan sudut pandang, atau struktur konseptual, sehingga membedakan sifat pengetahuan pada periode tersebut. Karakteristik pengetahuan dalam jangka waktu tertentu oleh Foucault disebut sebagai episteme atau formasi tak bersambungan.
Tulisan Foucault berpusat pada subjek kekuasaan. Dia percaya bahwa hal ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari seluruh formasi yang tak menyambung. Sebagaimana hal tersebut, hal ini merupakan fungsi dari diskursus atau pengetahuan dan bukan merupakan kepemilikan orang-perorang atau kelembagaan. Episteme sebagai penekan dalam bahasa dan tenaga penggerak. Kekuasaan merupakan pemegang atas semua hal dalam interaksi, dan hal ini bukan merupakan apa yang pernah dilakukan seseorang dan tidak juga bagi yang lain. Ini merupakan kekuatan kreatif yang meliputi semua aktifitas kemanusiaan.
d. Postkolonialisme
Teori poskolonialisme termasuk didalamnya kritik pada kolonialisme yang telah menjadi struktur kultural penting dalam masa modern. Kajian postkolonialisme menguji, memahami dan mengakhiri pembatalan struktur kesejarahan yang dibuat, dan kemudian melanjutkan untuk mereproduksi tekanan pada pengalaman colonial. Perhatian teori poskolonialisme tidak hanya melulu pada paraktik kolonialisme suatu Negara tetapi juga bergerak pada apa yang biasa di sebut “neokolonialisme” yang sedang menjadi diskursus kontemporer.
Trinh T. Minh dalam tinjauannya menunjukkan beberapa aspek perpotongan postcolonial dengan teori komunikasi. Sebagai contoh adalah pada pembuat film, musisi, composer, sastrawan dan penulis Vietnam yang menunjukkan gejala gangguan atas “akar idiologis” atau kemapanan yang telah ada. Apa yang membuat gundah bagi Trinh tentang sistem yang hegemonic adalah bahwa mereka biasanya tak tertandai, tak diketahui dan terlihat normal menjadi :”hanya bagaimana orang-orang dapat berpikir tentang sesuatu”. Dengan kata lain semuanya menjadi terstandarisasi dan terkategorisasi dalam sistem yang telah dikooptasi oleh neo kolonialisme.
Trinh memakai dua alat komunikasi utama yaitu gangguan atas harapan dan penghormatan atas keragaman, dalam melihat campurtangan idiologi dominan.


KEMBALI KE HALAMAN MUKA